Translate

Sabtu, 30 Desember 2017

Sejarah Tahun Baru Jatuh Pada 1 Januari

Mari kita buka The World Book Encyclopedia tahun 1984, volume 14, halaman 237.

“The Roman ruler Julius Caesar established January 1 as New Year’s Day in 46 BC. The Romans dedicated this day to Janus , the god of gates, doors, and beginnings. The month of January was named after Janus, who had two faces – one looking forward and the other looking backward.”

Terjemahan bebasnya kurang lebih begini :

“Penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun baru semenjak abad ke 46 SM. Orang Romawi mempersembahkan hari ini (1 Januari) kepada Janus, dewa segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan (waktu). Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri, yaitu dewa yang memiliki dua wajah – sebuah wajahnya menghadap ke (masa) depan dan sebuahnya lagi menghadap ke (masa) lalu.”

Tahun baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM.

Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskkitariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari.

Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli.

Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus. Perayaan Tahun Baru Saat ini, tahun baru 1 Januari telah dijadikan sebagai salah satu hari suci umat Kristen. Namun kenyataannya, tahun baru sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga Dunia.

Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari.

Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.

Tahun Masehi sebenarnya berhubungan dengan keyakinan agama Kristen. Masehi adalah nama lain dari Isa Al Masih.

Menurut catatan Encarta Reference Library Premium 2005, orang yang pertama membuat penanggalan kalender Masehi adalah seorang kaisar Romawi yang terkenal bernama Gaisus Julius Caesar. Itu dibuat pada 45 SM, jika menggunakan standar tahun yang dihitung mundur dari kelahiran Yesus. Namun dalam perkembangannya, ada seorang pendeta Kristen bernama Dionisius yang kemudian memanfaatkan penemuan kalender Julius Caesar untuk diadopsi sebagai penanggalan yang didasarkan pada tahun kelahiran Yesus Kristus.

Itulah sebabnya penanggalan tahun setelah kelahiran Yesus Kristus diberi tanda AD (bahasa Latin: Anno Domini yang berarti in the year of our lord) alias Masehi.

Sementara untuk jaman prasejarahnya disematkan BC (Before Christ) alias SM (Sebelum Masehi). Kemudian Pope (Paus) Gregory III memoles kalender yang sebelumnya dengan beberapa modifikasi dan kemudian mengukuhkannya sebagai sistem penanggalan yang harus digunakan oleh seluruh Eropa, bahkan kini seluruh negara di dunia dan berlaku umum bagi siapa saja. Kalender Gregorian yang kita kenal sebagai kalender Masehi dibuat berdasarkan kelahiran Yesus Kristus dalam keyakina Kristen:”The Gregorian calendar is also called the Christian calendar because it uses the birth of Jesus Christ as a starting date”.

Demikian keterangan dalam Encarta Reference Library Premiun 2005. Di jaman Romawi, pesta ulang tahun baru adalah untuk menghormati Dewa janus (Dewa yang digambarkan bermuka dua). Kemudian perayaan ini terus dilestarikan dan menyebar ke Eropa pada abad permulaan Masehi.

Seiring muncul dan berkembangnya agama Kristen, akhirnya perayaan ini diwajibkan oleh para pemimpin gereja sebagai suatu perayaan “suci” satu paket dengan hari Natal. Itulah mengapa ucapan Natal dan Tahun baru dijadikan satu (Merry Christmas and Happy New Year).


Perayaan Tahun di beberapa Negara terkait dengan Ritual Keagamaan

Bulan Januari (bulannya Janus) juga ditetapkan setelah Desember dikarenakan Desember adalah pusat Winter Soltice, yaitu hari-hari dimana kaum pagan penyembah Matahari merayakan ritual mereka saat musim dingin. Pertengahan Winter Soltice jatuh pada tanggal 25 Desember, dan inilah salah satu dari sekian banyak pengaruh Pagan pada budaya kristen selain penggunaan lambang Salib Tanggal 1 Januari sendiri adalah seminggu setelah pertengahan Winter Soltice, yang juga termasuk dalam bagian ritual dan perayaan Winter Soltice dalam Paganisme.

Tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka—yang tentu saja sangat bertentangan dengan Islam. Contohnya di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap sang dewa Lemanja—Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara Brazil.

Seperti halnya di Brazil, orang Romawi kuno pun saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).

Sosok dewa Janus dalam mitologi Romawi
Dewa Janus sendiri adalah sesembahan kaum Pagan Romawi, dan pada peradaban sebelumnya di Yunani telah disembah sosok yang sama bernama dewa Chronos. Kaum Pagan, atau dalam bahasa kita disebut kaum kafir penyembah berhala, hingga kini biasa memasukkan budaya mereka ke dalam budaya kaum lainnya, sehingga terkadang tanpa sadar kita mengikuti mereka. Sejarah pelestarian budaya Pagan (penyembahan berhala) sudah ada semenjak zaman Hermaic (3600 SM) di Yunani

Kaum Pagan sendiri biasa merayakan tahun baru mereka (atau Hari Janus) dengan mengitari api unggun, menyalakan kembang api, dan bernyanyi bersama. Kaum Pagan di beberapa tempat di Eropa juga menandainya dengan memukul lonceng atau meniup terompet.

Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh.
Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa , tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.

Bagi orang Persia yang beragama Majūsî (penyembah api), menjadikan tanggal 1 Januari sebagai hari raya mereka yang dikenal dengan hari Nairuz atau Nurus.
Penyebab mereka menjadikan hari tersebut sebagai hari raya adalah, ketika Raja mereka, ‘Tumarat’ wafat, ia digantikan oleh seorang yang bernama ‘Jamsyad’, yang ketika dia naik tahta ia merubah namanya menjadi ‘Nairuz’ pada awal tahun. ‘Nairuz’ sendiri berarti tahun baru. Kaum Majūsî juga meyakini, bahwa pada tahun baru itulah, Tuhan menciptakan cahaya sehingga memiliki kedudukan tinggi.

Kisah perayaan mereka ini direkam dan diceritakan oleh al-Imâm an-Nawawî dalam bukuNihâyatul ‘Arob dan al-Muqrizî dalam al-Khuthoth wats Tsâr. Di dalam perayaan itu, kaum Majūsî menyalakan api dan mengagungkannya –karena mereka adalah penyembah api. Kemudian orang-orang berkumpul di jalan-jalan, halaman dan pantai, mereka bercampur baur antara lelaki dan wanita, saling mengguyur sesama mereka dengan air dan khomr (minuman keras). Mereka berteriak-teriak dan menari-nari sepanjang malam. Orang-orang yang tidak turut serta merayakan hari Nairuz ini, mereka siram dengan air bercampur kotoran. Semuanya dirayakan dengan kefasikan dan kerusakan.

Bagaimana sikap kita?
Setelah kita mengetahui bahwa tradisi Perayaan 1 januari merupakan Perayaan yang terkait dengan ritual keagamaan dan budaya dari kufar, dan adanya larangan untuk menyerupai sebuah kaum.
maka sebaiknya kita tidak perlu ikut ikutan merayakannya apalagi meniru budaya dari kaum kufar.

semoga kita semua senantiasa ingat Firman Allah ini :

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًۭا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya
Hadîts yang melarang menyepakati perayaan kaum kuffâr banyak sekali. Diantaranya adalah :

عن أنس بن مالك – رضي الله عنه – قال: قدم رسول الله – صلى الله عليه وسلم – المدينة، ولهم يومان يلعبون فيهما، فقال: ما هذان اليومان، قالوا: كنا نلعب فيهما في الجاهلية. فقال رسول الله – صلى الله عليه وسلم –: (إن الله قد أبدلكم بهما خيراً منهما، يوم الأضحى، ويوم الفطر)

Dari Anas bin Mâlik radhiyallâhu ’anhu beliau berkata : Rasūlullâh Shallâllâhu ’alahi wa Sallam tiba di Madînah dan mereka memiliki dua hari yang mereka bermain-main di dalamnya. Lantas beliau bertanya, ”dua hari apa ini?”. Mereka menjawab, ”Hari dahulu kami bermain-main di masa jahiliyah.” Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam mengatakan : ”Sesungguhnya Allôh telah menggantikan kedua hari itu dengan dua hari yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari idul adhhâ dan idul fithri.” [Shahîh riwayat Imâm Ahmad, Abū Dâwud, an-Nasâ`î dan al-Hâkim.]

Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyah rahimahullâhu berkata :
فوجه الدلالة أن اليومين الجاهليين لم يقرهما رسول الله – صلى الله عليه وسلم – ولا تركهم يلعبون فيهما على العادة، بل قال إن الله قد أبدلكم بهما يومين آخرين، والإبدال من الشيء يقتضي ترك المبدل منه، إذ لا يجمع بين البدل والمبدل منه.
”Sisi pendalilan hadîts di atas adalah, bahwa dua hari raya jahiliyah tersebut tidak disetujui oleh Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam dan Rasūlullâh tidak meninggalkan (memperbolehkan) mereka bermain-main di dalamnya sebagaimana biasanya. Namun beliau menyatakan bahwa sesungguhnya Allôh telah mengganti kedua hari itu dengan dua hari raya lainnya. Penggantian suatu hal mengharuskan untuk meninggalkan sesuatu yang diganti, karena suatu yang mengganti dan yang diganti tidak akan bisa bersatu.”

Adapun âtsar sahabat dan ulama salaf dalam masalah ini, sangatlah banyak. Diantaranya adalah ucapan ’Umar radhiyallâhu ’anhu, beliau berkata :

اجتنبوا أعداء الله في عيدهم
”Jauhilah hari-hari perayaan musuh-musuh Allôh.” [Sunan al-Baihaqî IX/234].

’Abdullâh bin ’Amr radhiyallâhu ’anhumâ berkata :

من بنى ببلاد الأعاجم وصنع نيروزهم ومهرجانهم ، وتشبه بهم حتى يموت وهو كذلك حُشِر معهم يوم القيامة
”Barangsiapa yang membangun negeri orang-orang kâfir, meramaikan peringatan hari rayanairuz (tahun baru) dan karnaval mereka serta menyerupai mereka sampai meninggal dunia dalam keadaan demikian. Ia akan dibangkitkan bersama mereka di hari kiamat.” [Sunan al-Baihaqî IX/234].

Imâm Muhammad bin Sîrîn berkata :
: أُتي على -رضي الله عنه- بهدية النيروز. فقال : ما هذا ؟ قالوا : يا أمير المؤمنين هذا يوم النيروز . قال : فاصنعوا كل يوم فيروزاً . قال أسامة : كره أن يقول : نيروز

’’Alî radhiyallâhu ’anhu diberi hadiah peringatan Nairuz (Tahun Baru), lantas beliau berkata : ”apa ini?”. Mereka menjawab, ”wahai Amîrul Mu’minîn, sekarang adalah hari raya Nairuz.” ’Alî menjawab, ”Jadikanlah setiap hari kalian Fairuz.” Usâmah berkata : Beliau (’Alî mengatakan Fairuz karena) membenci mengatakan ”Nairuz”. [Sunan al-Baihaqî IX/234].

Imâm Baihaqî memberikan komentar :

وفي هذا الكراهة لتخصيص يوم بذلك لم يجعله الشرع مخصوصاً به

”Ucapan (’Alî) ini menunjukkan bahwa beliau membenci mengkhususkan hari itu sebagai hari raya karena tidak ada syariat yang mengkhususkannya.”
Apabila demikian ini sikap manusia-manusia terbaik, lantas mengapa kita lebih menerima pendapat dan ucapan orang-orang yang jâhil dan mengikuti budaya kaum kuffâr daripada ucapan para sahabat yang mulia ini.

Hari Raya Kita Adalah Idul Fithri dan Idul Adhhâ serta Jum’at

Di dalam hadîts yang diriwayatkan oleh Ummul Mu’minîn, ’Â`isyah ash-Shiddîqah binti ash-Shiddîq radhiyallâhu ’anhumâ, beliau menceritakan bahwa ayahanda beliau, Abū Bakrradhiyallâhu ’anhu mengunjungi Rasūlullâh. Kemudian Abū Bakr mendengar dua gadis jâriyahmenyanyi dan mengingkarinya. Mendengar hal ini,

Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam bersabda :
يا أبا بكر ! إن لكل قوم عيداً وإن عيدنا هذا اليوم
”Wahai Abū Bakr, sesungguhnya setiap kaum itu mempunyai hari raya dan hari raya kita adalah pada hari ini.” [HR Bukhârî].

Dari hadîts di atas, ada dua hal yang bisa kita petik :
Pertama, sabda Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam : ”Sesungguhnya setiap kaum itu mempunyai hari raya” menunjukkan bahwa setiap kaum itu memiliki hari raya sendiri-sendiri.

Hal ini sebagaimana firman Allôh Ta’âlâ :
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجاً
”Untuk tiap-tiap (ummat) diantara kalian ada aturan dan jalannya yang terang (tersendiri).” [QS al-Mâ`idah : 48].

Ayat di atas menunjukkan bahwa Allôh memberikan aturan dan jalan sendiri-sendiri secara khusus. Kata Lâm (لِ) pada kata Likullin (لِكُلٍّ) menunjukkan makna ikhtishâsh (pengkhususan). Apabila orang Yahūdi memiliki hari raya dan orang Nashrâni juga memiliki hari raya, maka hari-hari raya itu adalah khusus bagi mereka dan tidak boleh bagi kita, kaum muslimin, ikut turut serta dalam perayaan mereka, sebagaimana kita tidak boleh ikut dalam aturan dan jalan mereka.

Kedua, sabda Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam : وإن عيدنا هذا اليوم (Dan hari raya kita adalah pada hari ini”), dalam bentuk ma’rifah (definitif) dengan lâm dan idhâfah menunjukkan hasyr(pembatasan), yaitu bahwa jenis hari raya kita dibatasi hanya pada hari itu. Dan hari tersebut di sini masuk pada cakupan hari raya ’îdul Fithri dan ’îdul Adhhâ, seperti dalam perkataan para ulama fikih :
لا يجوز صوم يوم العيد
”Tidak boleh berpuasa pada hari raya”.

Maka maksudnya tentu saja, tidak boleh berpuasa pada dua hari raya ’Idul Fithri dan ’Idul Adhhâ.

Dalîl lainnya adalah hadîts Anas bin Mâlik :
عن أنس بن مالك – رضي الله عنه – قال: قدم رسول الله – صلى الله عليه وسلم – المدينة، ولهم يومان يلعبون فيهما، فقال: ما هذان اليومان، قالوا: كنا نلعب فيهما في الجاهلية. فقال رسول الله – صلى الله عليه وسلم –: (إن الله قد أبدلكم بهما خيراً منهما، يوم الأضحى، ويوم الفطر)

Dari Anas bin Mâlik radhiyallâhu ’anhu beliau berkata : Rasūlullâh Shallâllâhu ’alahi wa Sallam tiba di Madînah dan mereka memiliki dua hari yang mereka bermain-main di dalamnya. Lantas beliau bertanya, ”dua hari apa ini?”. Mereka menjawab, ”Hari dahulu kami bermain-main di masa jahiliyah.” Rasūlullâh Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam mengatakan : ”Sesungguhnya Allôh telah menggantikan kedua hari itu dengan dua hari yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari idul adhhâ dan idul fithri.” [Shahîh riwayat Imâm Ahmad, Abū Dâwud, an-Nasâ`î dan al-Hâkim.]

Adapun Jum’at, maka termasuk hari raya kaum muslimin yang berulang-ulang dalam tiap pekannya. Sehingga dengannya telah cukup bagi kita dan tidak mencari hari-hari perayaan lainnya.

Dalîl hal ini adalah, sabda Nabî yang mulia Shallâllâhu ’alahi wa Sallam :

أضل الله عن الجمعة من كان قبلنا ، فكان لليهود يوم السبت، وكان للنصارى يوم الأحد فجاء الله بنا، فهدانا الله ليوم الجمعة، فجعل الجمعة والسبت والأحد ، وكذلك هم تبع لنا يوم القيامة، نحن الآخرون من أهل الدنيا ، والأولون يوم القيامة، المقتضي لهم

”Alloh simpangkan dari hari Jum’at umat sebelum kita, dahulu Yahudi memiliki (hari agung) pada hari Sabtu dan Nashrani pada hari Ahad. Kemudian Allôh datangkan kita dan Alloh anugerahi kita dengan hari Jum’at, lantas Alloh jadikan hari Jum’at, Sabtu dan Ahad. Demikianlah, mereka adalah kaum yang akan mengekor kepada kita pada hari kiamat sedangkan kita adalah umat yang terakhir dari para penduduk dunia namun umat yang awal pada hari kiamat, yang diadili (pertama kali) sebelum makhluk-makhluk lainnya. [HR Muslim]

Dari Ibnu ’Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata, Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda :

إن هذا يوم عيد جعله الله للمسلمين فمن جاء الجمعة فليغتسل…
”Sesungguhnya hari ini adalah hari ’Ied yang Alloh jadikan bagi kaum Muslimin, barangsiapa yang mendapati hari Jum’at hendaknya ia mandi…” [HR Ibnu Majah dalam Shahih at-Targhib I/298].

Semoga setelah membaca tulisan ini, kita bisa menentukan sikap dalam menyikapi perayaan 1 januari sebagai tahun baru. Dan sikap kita bukan atas dasar sekedar ikut-ikutan, tetapi pilihan kita adalah yang berdasarkan pengetahuan. karena kita sadar betul bahwa semuanya akan dimintai pertanggungan jawab di Yaumil Hisab kelak.
Wallohua'lam bisshowab.

Diolah dari berbagai Sumber.

Hamba Allah yang Kudamba

Kutulis ini hanya untuk sebatas mengenang bahwa akhirnya aku jatuh lagi setelah sekian lama aku bangkit dan kokoh berdiri.
Kutulis ini sungguh sebetulnya harapku padamu terlampau tinggi, wahai hamba Allah.
Kutulis ini pukul sekian di akhir tahun ini, aku hendak terlelap namun kutanggalkan sejenak kantukku.
Wahai lelaki yang kukagumi, kau pernah menuliskan hendak menjalin keseriusan pada diriku. Mengapa lagi lagi kau buat aku ragu?
Bukankah beberapa kali sempat kukatakan aku menyanggupi kehendakmu dan saat ini aku merindu.
Ayolah, jangan kau buatku merasa jatuh sejatuh-jatuhnya lagi.

Kau tahu, aku pernah menghapus pertemanan antara aku dan dirimu sebab ku tak menyukaimu kala itu.
Akupun pernah memasukkan kontakmu dalam daftar-hitamku sebab kau menyakiti hatiku.
Tak hanya satu akun jaringan sosialku, namun mengapa lagi lagi kita bertemu?

Malam ini banyak orang bereuforia merayakan tahun baru. Aku tahu, kaupun begitu, bersama teman-temanmu.
Entah sebab apa tetiba pikiranku memikirkan sosokmu.
Bahkan sesekali aku khawatir Tuhanku akan murka padaku sebab itu.
Hey! Masih ingat katamu yang hendak meminangku? Jaga dirimu baik-baik, aku takkan menuntutmu hal lainnya.
Aku beruntung mengenalmu, kelembutanmu, kesabaranmu, kecerdasanmu, yang paling utama adalah tingkat keshalihanmu.
Kau sangat mencintai-Nya, apalagi alasanku untuk meragukanmu?

Sebetulnya aku mulai bosan menulis di laman Blog ini, lagi lagi berisi rintihan hati.
Ah kapan kau mampu mengucap janji suci di hadapan Illahi?
Aku ingin tak lagi menulis tentangmu, aku ingin menghabiskan malam dalam pelukanmu sambil bercerita betapa sayangnya diri ini pada sosokmu, ciptaan Tuhan.
Aku kehabisan kosakata untuk menjelaskan betapa indahmu pada pembaca-pembaca Blog ini.
Akankah mereka memarahiku sebab aku tak mendeskripsikan dirimu lebih jauh? Ku tak peduli.
Eh, satu lagi.. Segera selesaikan urusanmu di negri tetangga, agar bisa segera menghalalkanku. Duhai hamba Allah, betapa percayadiri aku ini.
Jangan kau buat aku terjatuh lagi, ya?

Rabu, 20 Desember 2017

Menyapamu Dalam Syahdu

HEY!!! Aku akan bercerita padamu malam ini,
aku ditemani rasa bosan dan sedikit kesepian,
penyebabnya? Dirimu.
Kau harus mengakui, kau pelakunya.
Sial! Aku kesakitan. Sesuatu di dalam dada mencabik-cabikku. Karenamu!
Kau menggemaskan, lebih menggemaskan lagi kalau sekarang kau ada disini, sekarang.. bukan malam tahun baru nanti.

Di luar sedang hujan, kau sibuk apa disana?
Jangan menanyaiku, jelas aku sedang merindu.
Langit malam ini terlihat sayu, bukan karena apa, tetapi ia tahu kau tak membalas pesanku.
HEY!!! apa yang lucu? Segeralah jawab aku. Kepalaku dipenuhi bayanganmu, kutahu.. lagi lagi kau menertawakan kegundahanku.
Kusebut namamu dalam sujud terakhirku. Aku menyapamu.. dalam syahdu.
Cukup. Kantuk menyerangku.
Dengarkan, aku.. merindumu.
Selamat malam, dirimu.

Cerita Kopiku

Ada seorang anak kecil di sampingku, ia memperhatikanku menyesap kopi hitamku.
Sembari ku sesap kopi, kumainkan ponselku.
Ah ia terus memperhatikanku.
Dalam hatiku, "dik, jangan kau kira aku dan kopi ini sepaket, pahit dan sedikit pilu".
Ia menatapku dalam-dalam, aku biarkan.
"Dik, hari ini sedikit melelahkan bukan? Menunggu seseorang yang tak kunjung datang", gumamku seraya ku sesap kembali kopi beraroma rindu.

Cerita singkat, untukmu. Dari aku. Iya!

Kamis, 11 Mei 2017

Tuhan, Ampuni Kesepianku

Aku selalu mengucapkan selamat pagi pada mentari,
Aku selalu mengucapkan selamat siang pada terik yang menyengat,
Aku selalu mengucapkan selamat sore pada senja,
Aku selalu mengucapkan selamat malam pada bulan,
Aku dibingungkan oleh mereka, karena mereka hanya diam lalu tersenyum tipis padaku.
Aku tersadar, manakala aku ini sangat kesepian hanya merekalah yang setia menatapku dari kejauhan,
Sangat sepi, hingga aku bermohon pada Tuhan, "Yaa Allah.. ampunilah kesepianku".
Sama halnya dengan malam ini,
Aku tak sanggup menahan rasa sepiku, dan akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan ruangan 3x3 meter ini.
Hanya membawa sebuah ponsel dan motor-lama yang kuberi sedikit hiasan agar terlihat sedikit lebih elok, roda motor-lamaku mengantarkanku pada sebuah bangunan kos yang letaknya sedikit agak jauh dari jalan raya, cukup terasingkan dari keramaian, kos temanku.
Gerbang besi besar yang dicat hitam-pekat itu tertutup rapat. Ku teriak nama temanku keras keras. Ia tak kunjung menampakkan jidat-jenongnya, kumatikan mesin motorku, niatku membuka gerbang dengan tanganku lalu masuk ke kosnya, tetiba temanku muncul, aku sedikit kaget.
Singkat cerita ia menerimaku bermalam di tempatnya.
Jangan pernah bertanya seberapa kesepian aku hingga sebebas ini aku keluar di malam hari. Emm.. lebih tepatnya memberanikan diri untuk keluar seorang diri di malam hari di pulau yang terkenal sebagai pulau zona merah ini.
Temanku tak memberiku satu pertanyaanpun, sepertinya ia sangat paham dengan rasa sepi yang membunuhku diam-diam.
Bagaimana ia tahu? Jelas, karena beberapa kali ia datang ke tempat kosku dan yang ia temui hanya diriku seorang, iya, hanya diriku dalam ruangan berukuran sedang dan bercat krem terang dengan dua bilah jendela, satu di samping daun pintu, satu lagi di atas, untuk keluar-masuk angin. Ruangan 3x3 itu terlihat sangat luas, iya, karena hanya ada aku di dalamnya. Bukan lagi sepi, sunyi pun. Hanya ada hembusan nafasku dan suara keluar-masuk angin. Jangan kau bayangkan hal ini, sepi akan merasuki jiwamu pula.
"Sudah makan?", tanyanya singkat.
"Sudah. Sore tadi", jawabku dengan tersenyum.
"Aku mau keluar sebentar, hendak menjemput seorang temanku, di pelabuhan. Kau tunggu disini atau mau ikut denganku?", lanjutnya.
"Hmm.. pergilah. Aku disini saja. Lekas kembali, hati-hati di jalan, jarum jam sudah menunjuk ke angka sembilan", jawabku.
Temanku pergi.
Kembali hanya ada aku dan diriku, terdiam, di ruangan 2x3 meter ini.
Sedikit berbeda dari kamar kosku, disini tak terlalu sepi, aku ditemani bunyi baling-baling kipas angin milik temanku, berisik.
Tak masalah, setidaknya suasana akan menjadi berbeda.
Kurebahkan punggungku di atas tempat tidur temanku, dipan kayu dengan kasur disini memang tidak seempuk spring-bed di kosku, tak masalah, setidaknya penyakit kesepianku disini takkan separah bila aku disana seorangdiri.
Jari-jariku merogoh ponsel dalam kantong celana levis hitam dengan model pencil-pan tahun 2000'an ini, kudapati ponselku.
Sudah terhitung empat puluh delapan jam ponselku tidak tersambung dengan jaringan internet. Iya, aku kehabisan kuota-data, hendak membeli pun aku harus bertengkar-hebat dulu dengan dompetku. Kufikir hal itu akan menyiksa, baiklah, aku mengalah dengan dompetku. Setidaknya di dalam dompetku aku bisa menentukan nasib perutku untuk dua atau tiga hari ke depan.
Kunyalakan layar ponselku dengan tombol satu kali klik di bagian kanan ponsel. Layar menyala, kuusap layar untuk membuka kunci, sama saja dengan ponsel-ponsel lainnya bukan? Berbeda? Iya. Berbeda. Karena ponselku tak ku setting password/sandi kunci, kau tahu alasannya? Iya. Pertama, karena aku pelupa. Kedua, karena isi ponselku ya begitu begitu saja, tak ada yang perlu ku atur sebagai privacy.
Layar ponsel terbuka, aku disapa oleh gambar wallpaper yang kubuat sendiri, sebuah kalimat dengan beberapa kata lalu terdapat beberapa jenis makanan lezat dibawahnya. Coba tebak!
Setiap kali aku melihat gambar wallpaper ponselku, tetiba hatiku menjerit "Sadar! Jangan terlalu banyak bermimpi, kau akan sulit terjaga". Mataku mengerjap seketika.
Aku hanya memutar-mutar ponsel, di tanganku, tak tahu hendak melakukan apalagi.
Kulihat jam di ponsel, temanku tak kunjung kembali, aku mulai diserang rasa bosan.
Kubuka aplikasi pemutar-musik, kuputar beberapa lagu kesukaanku, sembari menunggu temanku kembali.
Lagu pertama sedang berputar, Living A Lie, dari band beraliran Gothic-Metal dari Limburg (Belanda), cukup menenangkan jiwaku saat itu. Epica. Favoritku sejak lima tahun terakhir ini.
Beberapa laki-laki yang mengenalku akan familiar dengan genre musik kesukaanku. Beberapa perempuan yang mengenalku akan sangat sibuk mengkritik lagu-lagu yang kudengarkan setiap saat. Tak masalah, isi perutku bukan dari mereka, hanya kuiyakan saja apapun yang mereka nilai dariku tanpa aku pedulikan lebih jauh lagi.
Mungkin ada yang salah dengan diriku, kesepian, alunan musik, kesendirian, dendam pada diri sendiri, marah pada sendiri, tak bisa berdamai dengan diri sendiri, apa lagi?
Permohonanku mungkin akan terbilang banyak jika aku menambahi "Lekas pertemukan aku dengan laki-laki yang sanggup mengimamiku dunia-akhirat Yaa Allah" setelah permohonan "Ampuni kesepianku Yaa Allah" ?
Angin yang sedang keluar-masuk ruangan hanya menertawai kebodohanku, "Doamu terlalu panjang, permintaanmu terlalu berlebihan, selesaikan dulu urusan damai dengan dirimu, barulah membuat permohonan pada Tuhan", kata angin. Aku hendak menjawab namun angin meninggalkanku dengan terburu, seakan sengaja membuatku memikirkan perkataannya itu.
Iya. Aku belum bisa berdamai dengan diriku. Aku lelah, kuletakkan tanganku diatas kepala, menarik nafas dalam-dalam, menghembuskan, dan telingaku sedang asyik berteman dengan alunan nada dan irama lagu kedua, ketiga, dan seterusnya. Aku tertidur dengan rasa sepi dan bosan malam itu.

Selasa, 02 Mei 2017

Tentang Entah

Tak salah apa yang orang-orang katakan,
"Lakukan sesuatu yang baik, jika menginginkan hasil yang baik pula."
Bagaimana bisa, seorang bujang yang sedang duduk termenung sendiri dihadapan kopi pahitnya malah bingung memikirkan kalimat itu.
Ia sadar diri bahwa ia belum bisa berdamai dengan dirinya sendiri, alasannya pun kuat, namun sedikit lucu.
Bujang itu masih sibuk dengan pikirannya yang berputar-putar berlawanan dengan arah jarum jam.
Ia akhirnya mengambil secarik kertas, menyobeknya dengan arah vertikal, mudah. Lalu ia mengambil kertas lainnya, menyobeknya dengan arah horizontal, mudah. Kembali ia mengambil kertas, menyobeknya menjadi tiga bagian, sedikit rumit untuk membuat sobekan yang sama besar.
Ia menyeruput kopinya, dan tatapannya masih menatap kertas itu. Memikirkan entah.
Matanya mulai berkaca-kaca, masih memikirkan entah.
Ia mengusap keningnya dengan sedikit memberi pijatan menenangkan. Ia mencoba memikirkan satu cara agar ia mampu memaafkan dirinya sendiri. Persoalan entah.
Malam itu langit sangat cerah, bintang bertaburan, bulan sangat elok menawan. Matanya makin berkaca-kaca, hendak meneteskan butiran bening yang melegakan.
Bujang itu seorang wanita, duduk termenung sambil membohongi dirinya, mengatakan bahwa ia takkan menangis untuk kesekian kali, tapi sayang ia tak pandai berbohong, sayang sekali.
Awan menutupi bintang-bintang cantik di langit cerah, seakan membiarkan wanita itu menangis. Lagi.
Belasan menit berlalu, ia kebingungan mencari sesuatu. Dicarilah sekelilingnya, ah iya, selembar tissue, didapatkannya, cukup.
Ia memutar cangkir kopinya, mengarahkan gagang cangkir tepat di depan tangannya, iya, untuk memudahkan pegangannya.
Ia sangat hancur, terhadap entah. Mulutnya bisu, sedari kemarin sore. Dipaksa membuka mulut untuk sesuap nasipun ia tak terbuka. Malam itu lambungnya kacau, ingin sesuatu untuk diremas. Tapi ia abai. Kembali ia meneguk kopi.
Suasana hatinya tak menentu, hari ini ia berbohong untuk tidak menangis, kemarin ia berbohong untuk tersenyum, semuanya gagal sia-sia. Kembali ia memutar cangkir kopinya, mengarah kepada entah. Ia menengok sebelahnya, berharap si dia duduk menemani kopi malamnya. Kembali ia terdiam.
Pikirannya kacau, sepertinya ia sakit. Diberikan obat apa pun tak kunjung membaik. Maunya hanya satu, berdamai dengan hatinya, dengan dirinya sendiri. Namun ia tak bisa. Terus memberi hukuman berat kepada dirinya sendiri, bertahun-tahun. Ia lupa kata cukup.
Beberapa helai rambutnya menutupi mata, lalu ia menyibakkan di balik daun telinga.
Diraihnya sebuah ponsel dan headphone keluaran terbaru tahun ini, ditancapkannya port headphone pada lubang ponsel pintar miliknya. Jarinya mengetuk layar ponsel, memutar sebuah lagu tentang putus asa dan kehilangan. Ia memikirkan entah. Jari yang lain menuju tombol volume. Musik itu memutar dengan keras. Berharap isi otaknya hancur lebur malam itu.
Tetiba air matanya jatuh kembali. Ia acuh.
Sampai malam ini wanita itu tetap menangis dan memutar sebuah lagu berkali-kali, ia belum bisa berdamai dengan dirinya sendiri.

Rabu, 19 April 2017

Sungguh Tak Apa

Tak apa jika malam itu kau salah menentukan keputusan fah,
Tak apa jika malam itu kali terakhir kau bertatap mata dengan sang special,
Tak apa jika malam itu kau merelakan apa apa yang benar untuk direlakan,
Tak apa jika malam itu kau memberi keputusan terberat kali pertama untuk hidupmu,
Tak apa jika malam itu pikiranmu menganggap semuanya usai, berantakan,
Tak apa jika malam itu banyak orang menertawaimu dengan lantang,
Tak apa jika malam itu perlahan semua hal indah berubah masam, hancur,
Tak apa jika malam itu adalah permulaan dimana segala kekecewaan dan kekesalan berlangsung hingga detik ini,
Tak apa fah, sungguh tak apa.
Maafkan dirimu sendiri. Sungguh. Jangan terlalu lama menghukum dirimu. Sungguh tak apa.
Berdamailah. Sungguh, berdamailah. Beberapa tahun kau lewati dengan hukuman berat ini fah. Sungguh, berdamailah dengan dirimu. Tak apa. Sungguh tak apa.

(19 april, tengah malam, tulisan dari perempuan yang selalu menghukum dirinya sendiri).

Selasa, 04 April 2017

Dosen Hits versiku


Setiap mendengar nama atau melihat beliau, tetiba aku ingat surat Al-Baqarah : 216
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”

Disaat teman-teman ditembak satu pertanyaan "sejauh ini mulai dari maba sampai semester 6, dosen favoritmu siapa?" Teman-teman menjawab ibu A, ibu B, pak A, pak B, pak C. Nah aku? Semua dosen menjadi favoritku. Berkat mereka aku bertambah waras dalam menekuni ilmu di bidang komunikasi. Berkat mereka makin hari aku makin menyadari bahwa aku bodoh, aku tidak tahu apa-apa, dan sedikitpun MANUSIA MEMANG TAK PANTAS untuk menyombongkan diri.

Sore ini aku melangkahkan kaki ke ruang prodi, untuk absensi salah satu mata kuliah yang kebetulan bu dosen tidak bisa menghadiri kelas dan diganti dengan tugas.
Setelah itu aku menghampiri tumpukan karya tulis (skripsi) kakak-kakak yang sudah dilepas. Temanku menyodorkan satu karya, judulnya asik, "Family Relationship Antara Istri yang Bekerja dengan Suami Menganggur." Sebuah studi deskriptif kualitatif pedagang. Ku ambil, ku lihat dua detik, ku potret. Pikirku "mungkin bisa kujadikan referensi saat kehabisan ide."

Tak sengaja ku tengok meja sebelah. Sebuah kalender sedang duduk manis di atas meja, dekat dengan tumpukan kertas entah apa. Aku tahu itu kalender, tapi nampak berbeda.
Kurogoh kantongku, ku ambil kembali ponsel pintarku "cekrek!". Kawanku terkikik "apa fah?" Aku menunjukkan padanya "lihat, aku bisa foto selfie berdua dengan beliau tanpa beliau ketahui". Hahahahaha

Sedikit konyol, namun benar, jawaban dari pertanyaan temanku beberapa waktu lalu adalah beliau. Beliau adalah satu dari sekian dosen Ilmu Komunikasi yang sangat menginspirasi aku.
Aku tak bisa membuat kalimat atau ungkapan yang cocok dengan keadaan-keadaan yang beliau ciptakan. Hingga banyak mahasiswa yang enggan merindukan kelasnya. Mungkin. Hahaha

Jumat, 31 Maret 2017

Majalah Yaasiin


Majalah Surat Yaasiin.
Apa yang terlintas di fikiranmu saat melihat/menemukan benda ini?
Kematian.
Apakah kamu orang yang takut akan kematian? Ataukah orang yang bersiap menyambut kematian.
Bagi banyak orang, kehidupan di dunia adalah segalanya. Oleh sebab itu tiap detik dari hidup mereka hanya memikirkan cara-cara agar hidup mereka di dunia berjalan dengan menyenangkan, tanpa kekurangan A atau B hingga Z.
Segala kebutuhan di dunia selalu diprioritaskan.
Bahkan mengabaikan banyak hal yang sebetulnya penting untuk kehidupan mereka selanjutnya hanya demi kepentingan dunia.
Mari kita tengok di sebelah sana, manusia manusia yang saling mengkafir-kafirkan SAUDARAnya sendiri hanya untuk urusan politik, dan lainnya.
Mari kita tengok di sebelah sana, manusia manusia yang dengan mudahnya bunuh-membunuh SAUDARAnya sendiri demi rupiah, dan lainnya.
Mari kita tengok di sebelah sana, perputaran rupiah yang sengaja disetting oleh pemilik modal untuk membolak-balikkan manusia yang berhamba pada mereka.
Mari kita tengok di sebelah sana, menjual dirinya sendiri demi dompet yang penuh dengan lembaran merah, demi tidak berjalan kaki melainkan hanya tinggal memutar-mutar setir beroda empat, demi memanjakan lidah dengan masakan-masakan yang luar biasa, dan lainnya.
Tengok!
Banyak orang melupakan hakikat ia hidup di dunia, banyak orang terlena pada persinggahan sementara, banyak orang BAHKAN melupakan Pencipta'nya.
Lalu? Siapakah kamu? Tinggalkan jawaban soal pekerjaan, soal jumlah saldo di rekening bank, soal strata sosial. Siapakah kamu?
Marilah merenung sejenak dengan memandangi Majalah Yaasiin.
Saya pun begitu, mati-matian mengejar apa-apa yang belum ada di dalam rumah,
Nyata'nya mereka-mereka yang saya kejar tak akan menemani saya dalam sempit dan gelapnya liang kubur kelak.
Mungkin pikiran ini terlalu berlebihan, namun benar.. saya 'masihlah' menjadi seseorang yang takut dengan datangnya kematian.
Semoga keadaan ini segera 'membaik'. Aamiin.

Rabu, 15 Maret 2017

Pentingnya Kesehatan Kulit Wajah di Era Post-Modernisme

Banyak dari pria-wanita yang mengacuhkan kesehatan kulit wajah mereka karena kurangnya waktu yang tersedia dalam kesehariannya. Pria-wanita itu menghabiskan waktu untuk pekerjaan kantor, tugas rumah, dan kegiatan lain di dalam maupun di luar ruangan.
Mereka kurang memperhatikan kondisi kulit wajah hingga berbagai masalah mulai muncul. Dan akhirnya hal tersebut mempengaruhi tingkat kepercayadiriannya.
Perawatan wajah tidak selamanya menggunakan cara-cara tradisional ataupun manual yang terbilang cukup rumit dan menghabiskan banyak waktu untuk step by stepnya. Apalagi di zaman modern seperti saat ini sudah sangat minim sekali orang-orang yang mau menggunakan cara-cara manual ataupun tradisional.
Berikut kami ulas beberapa komposisi masker wajah (face-mask) yang dibuat manual dan membutuhkan ekstra kesabaran :











Faktor keterbatasan waktu dan banyaknya kegiatan yang harus diselesaikan tepat waktu lah yang membuat langkah-langkah manual dan menyita cukup banyak waktu tersebut perlahan-lahan mulai ditinggalkan.
Banyak dari mereka berpindah dari manual ke modern dengan menggunakan face mask alami dan juga simple. Berikut kami lampirkan Face Mask dan Peel-Off Mask alami dan modern dari produk Colista Skincare :



Untuk konsultasi dan pemesanan produk, hubungi kontak WhatsApp berikut :
089677562448

Atau cek official Instagram Account :
@official_colistaskincare

Semoga anda merupakan salah satu dari orang-orang yang peduli terhadap kesehatan kulit wajah, namun juga tetap menghargai waktu.
silahkan share postingan ini jika dirasa bermanfaat untuk anda dan orang-orang terdekat anda.

Simpan 4 Jenis Kosmetik Ini di Lemari Es Anda

Ingin Tampil Cantik Maksimal Simpan 4 Jenis Kosmetik Ini di Lemari Es anda.

Tak hanya bahan makanan saja yang perlu diletakkan ke dalam lemari pendingin, sejumlah produk kosmetik milik Anda pun demikian. Seorang ahli dermatologi dari New York City, Debra Jaliman, M.D yang juga merupakan penulis Skin Rules: Trade Secrets From a Top Dermatologist menjelaskan tentang jenis kosmetik apa saja yang perlu Anda letakkan dalam lemari pendingin. Berikut ulasannya.


1. SUNSCREEN
Musim panas seperti ini, jangan sampai Anda bepergian tanpa menggunakan sunscreen, ya! Lindungi tubuh Anda dengan sunscreen. Produk satu ini menggabungkan sunscreen dan after sun care dalam satu formula. Kandungan SPF 30 juga berperan melindungi kulit dari radikal bebas. Simpanlah produk ini di lemari es untuk mendapatkan hasil maksimal. Meletakkannya di tempat-tempat bersuhu hangat justru akan membuat sunscreen Anda bekerja kurang optimal untuk melindungi kulit dari panas.

Rekomendasi Produk :
Day Cream dari Colista Skincare


2. ANTI-ACNE PRODUCTS
Kalau Anda memiliki sejumlah produk khusus untuk mengatasi masalah jerawat, perhatikan aturan penyimpanannya. Sejumlah produk akan bekerja kurang maksimal bila diletakkan pada suhu ruangan dan karenanya Anda harus menyimpannya di lemari es.

Rekomendasi Produk :
Night Cream (Acne) dari Colista Skincare.


3. MASKER WAJAH
Banyak orang yang bermasalah dengan kulit wajah mereka padahal sudah menggunakan produk perawatan kulit wajah. Kosmetik saja tidak cukup, kulit wajah perlu dirawat sempurna, gunakan masker khusus wajah agar perawatan wajah lebih optimal. terlebih ketika Anda banyak Aktivitas di luar ruangan.

Rekomendasi Produk :
Masker Wajah Colista Skincare (terdiri dari 6 pilihan).


4. ANTI-IRITASI CREAM
Bagi Anda yang sering mengalami iritasi pada kulit wajah karena kulit cukup sensitif padahal sudah memiliki anti-iritasi cream di rumah, cobalah untuk menyimpan produk kecantikan tersebut di dalam lemari pendingin. Iritasi di kulit akan berkurang saat Anda mengoleskan krim dingin ini ke wajah.

Rekomendasi Produk :
anti-iritasi cream dari Colista Skincare.



Untuk konsultasi dan pemesanan produk, hubungi kontak WhatsApp berikut :
089677562448
FREE Konsultasi.

Share postingan ini jika dirasa bermanfaat untuk anda dan orang-orang sekitar anda.





Selasa, 14 Maret 2017

4 Hal yang Menyebabkan Ukuran Pori-pori Membesar dan Solusinya

Saat berkaca, apakah Anda dapat melihat jelas pori-pori di kulit wajah? Kulit kita semua pasti memiliki pori-pori, dan jenis kulit biasanya ikut memengaruhi seberapa besar ukurannya. Anda yang punya kulit kering biasanya memiliki ukuran pori-pori yang kecil. Beda lagi dengan Anda yang memiliki kulit berminyak, biasanya ukuran pori-pori lebih besar. Nah, selain jenis kulit, ada lagi beberapa hal yang menyebabkan ukuran pori-pori membesar. Ayo cari tahu dulu di sini!

4 Hal yang Menyebabkan Ukuran Pori-pori Membesar dan Solusinya.

1. PRODUKSI MINYAK BERLEBIH
Betul, minyak sangatlah berguna untuk kulit karena dapat menjadi pelembap kulit secara alami dan mencegahnya dari kekeringan. Setiap kulit pun memiliki kelenjar minyak, namun apabila produksi minyak sudah berlebihan, dan ditambah lagi dengan sel-sel kulit mati yang menumpuk. Hal ini menyebabkan pori-pori akan tersumbat dan minyak tidak bisa keluar secara alami yang berakibat pada ‘pembengkakan’ ukuran pori-pori.

Solusi :
Gunakan Milk Cleanser, Toner Cleanser dari Colista Skincare.

2. LALAI MEMBERSIHKAN WAJAH
Tidak hanya sel-sel kulit mati yang dapat menyebabkan pori-pori tersumbat. Lalai membersihkan wajah setiap harinya pun menjadi salah satu penyebab pori-pori di wajah membesar. Kotoran seperti sisa makeup, dan debu yang belum terangkat dapat menempel dan bersarang dalam pori-pori. Rutin melakukan double cleansing setiap malam, membersihkan kulit di pagi hari penting untuk dilakukan. Bagi yang suka berolahraga, membersihkan kulit sebelum atau sesudahnya pun jadi suatu kewajiban loh karena keringat bisa membawa makeup atau kotoran masuk ke dalam pori-pori.

Solusi :
Gunakan Facial Wash dari Colista Skincare

3. JARANG MELAKUKAN EKSFOLIASI
Pori-pori yang tersumbat pasti ukurannya semakin membesar. Kalau Anda jarang melakukan eksfoliasi, tentunya tidak akan ada perubahan positif yang akan terlihat. Eksfoliasi penting dilakukan untuk menghilangkan sel-sel kulit mati yang menumpuk. Pilih exfoliator dengan kandungan BHA yang tidak hanya mengangkat sel-sel kulit mati di permukaan kulit, namun juga mampu masuk ke dalam lapisan kulit untuk membersihkan pori-pori.

Solusi :
Gunakan Night Cream dari Colista Skincare.

4. LUPA MEMAKAI TABIR SURYA
Mungkin dari Anda sudah mengetahui manfaat vitamin D dari  sinar matahari pagi. Namun saat sudah melebihi pukul 09:00 atau 10:00 pagi, sinar matahari akan berubah menjadi berbahaya untuk kulit. Pancaran sinar matahari siang dapat memperlemah kolagen yang mampu menjaga kekencangan pori-pori. Jangan lupa gunakan tabir surya yang mampu melindungi kulit wajah setidaknya 30 menit sebelum beraktivitas ya!

Solusi :
Siang hari, Gunakan Day Cream dari Colista Skincare.
Malam hari, Gunakan serum Collagen dari Colista Skincare.



Untuk konsultasi dan pemesanan, hubungi kontak Whatsapp berikut :
089677562448

Note:
harga produk berbeda-beda, bergantung dari kebutuhan kulit setiap orang.
konsultasi tidak dipungut biaya, FREE konsultasi dari Colista Skincare.
Untuk pembelian produk per paket akan mendapat FREE Tas Kosmetik Cantik dari Colista Skincare.

Semoga bermanfaat.
Share postingan ini jika dirasa penting.




Rabu, 08 Maret 2017

Hentikan Teriakanmu

Ia berteriak, keras sekali.
Hingga telingaku berdengung.
Ku berkata hentikan, ia tak mendengar.
Ku katakan ku tak tahan, ia tak peduli.
Teriakannya pun makin kencang.
Ku menikmati saat-saat seperti ini, ah tidak, aku hanya mencoba menikmati, rasanya menyakitkan.
Ia tetap meneriaki aku.
Aku bersama diriku, duduk terdiam di atas tumpukan kenangan.
Ia takkan melihatku. Takkan pernah.
Seperti marxisme yang berkata bahwa manusia terdiri atas kelas-kelas, maka ku yakin kelas terburuk yang kudiami saat ini, dimatanya.
Ia tetap berteriak, tiada ampun.
Suaranya menggema di sudut-sudut rongga kepalaku.
Tetesan bening akhirnya jatuh, pipi ini basah. Bukan kesedihan, namun kekecewaan.
Jangan kau tanyakan seberapa dalam, takkan ada alat pengukur yang mampu menjawab.
Hey.. jangan berteriak lagi, ku tak tahan, benar-benar tak tahan, hentikan teriakanmu.
Ku lihat sekelilingku.. Ah! Ternyata sedari tadi hanya ada diriku sendiri di ruangan gelap dan sunyi ini. Hanya ada aku dan kepalaku, teriakan di dalam pikiran.
Sepertinya aku mulai gila. Kewarasanku tlah direnggut kekecewaan itu. Aku marah sekali.
Ku tak tertarik dengan kata "gila". Sungguh, ia sangat tidak menarik.
Lihat saja. Baru kau akan mempercayai mulutku.

Sabtu, 04 Maret 2017

Heterodoks Itu Indah

iya, kata 'irih' itu sebenarnya ada.
namun bagaimana lagi? aku memang tak punya sesuatu yang sering mereka sebut 'kasih',
dan aku disini hanya mengejar angan, tanpa 'keindahan'.
enyahlah aku dari 'kebahagiaan sementara'.
ingin rasanya menjadi kaum heterodoks. karena indra perasa ini berbicara bahwa heterodoks itu 'indah'.
maka disitulah aku mulai mengejar 'keindahan'.
sulit sekali, namun harus.

Minggu, 26 Februari 2017

Jargon Nur Cholifah's Page kok ganti?

"Kenapa Nur Cholifah's Page ganti jargon?" || Bukan ganti, tetapi diperbarui. Yang awalnya Keep Positive Thinking menjadi "Boleh Baca Boleh Hina, Asal Bahagia". || "Maknanya?" || "Boleh Baca", karena seluruh blog berisi tulisan dan sedikit gambar, bacalah, siapa tahu dengan membaca akan menambah energi positif dalam diri pembaca, yaa makin bersyukur kalau pembaca bisa menyaring ilmu di dalam blog yang ngawur ini. Haha. "Boleh Hina", karena semakin tulisan saya dihina maka saya akan makin belajar (berproses) menjadi lebih baik, supaya pembaca setia Nur Cholifah's Page ga pernah bosan nongkrong disitu. Haha. "Asal Bahagia", intinya kita kita semua harus selalu berbahagia. Karena bahagia sangat mahal harganya. Dan kalau ada sesuatu yang menarik pada kacamata kalian, bolehlah sharing-hearing dengan saya, siapa tahu nanti saya semangat nulis soal itu, dan langsung posting di Blogger. Ahahaha pede sekali ya! Tidak masalah pede, asal tidak takabbur. Naudzubillah.
Sekian, tulisan ini banyak sekali, jangan pernah lelah membaca ya :)
Jargon yang pertama tetap diingat juga, "KEEP POSITIVE THINKING!".
Nongkrong terus ya disini!

Selamat pagi~

Orang Dewasa



Suatu ketika datanglah seorang anak kecil kepada kakaknya, lalu bertanya, "apa enaknya jadi orang dewasa kak?", si kakak kebingungan hendak menjawab apa.
"Begini dik, jadi orang dewasa enak, keringetan demi kehidupan".
Si adik terdiam sambil memikirkan jawaban si kakak.
"Lalu kak, Apa sulitnya jadi orang dewasa?".
Si kakak makin kebingungan.
"Begini dik, sulitnya jadi orang dewasa saat orang dewasa melihat orang tua yang semakin tua, sedangkan pikiran mereka bertanya-tanya apakah orang tua sudah bahagia?".
Si adik menangis. Lalu berkata dengan keras "Aku akan menikmati masa menjadi anak kecil kak".
si adik pergi, sang kakak mematung, "aku ingin ibu-dan ayah selalu berbahagia, termasuk adik-adikku semuanya", terlantun jelas dalam hatinya.



Tidak Curang, kan?

Pagi itu aku duduk seorang diri di bawah tangga sebuah pasar tradisional di kota pahlawan. Rasa kantuk di pagi hari setia bersamaku dengan sedikit sebal karena menunggu seorang teman. Lama sekali.
Lima puluh menit setelah itu akhirnya temanku menunjukkan batang hidungnya, oh lega.
Kami mulai masuk ke dalam pasar tradisional semi modern itu.
Awal kami masuk, deretan toko kosmetik menyapa kami. Temanku mengalihkan pandangan karena kami amat menggilai kosmetik, sangat bertentangan dengan isi dompet.
Ku teringat sesuatu,
Bergegaslah kami mencari toko pigora.
"Untuk apa pigora?", tanyanya bingung.
"Aku ingin menghadiahi seseorang di pernikahannya esok.", jawabku.
Kami melanjutkan langkah.
Kutemukan toko pigora di ujung, selain menjual pigora toko tersebut juga menjual berbagai souvenir dan kerajinan untuk mahar pernikahan. Aku meleleh melihatnya.
Ya! Lalu kuambil sebuah pigora berwarna putih susu. Sepertinya ini cocok.
Sambil menunggu penjual, aku dan temanku melihat-lihat berbagai macam benda cantik disana.
"Apakah sebentar lagi fah?", tanyaku dalam hati.
"Dengan siapa?", pertanyaan selanjutnya.
Temanku mengambil sebuah amplop undangan dengan desain feminim, klasik, tapi juga terkesan seksi.
"Nanti kalau kamu menikah undang aku pakai ini ya?", canda temanku.
"(Sambil tertawa) aku menikah dengan apa?", umpanku.
Bukan dengan siapa melainkan dengan apa, terkesan sangat mustahil mendapatkan seseorang yang se-iman dan se-pemikiran.
Bodoh, aku enggan memikirkannya lagi.
Si penjual datang, membungkus pigora yang kupilih, ku bayar. Aku dan temanku melanjutkan langkah menjelajahi pasar.
Tiga langkah di depan kami berjajar-jajar gaun pengantin putih berkilauan menyiksa mata, "indahnya!", gumamku.
"Bagus ya?", tanya temanku dengan tanpa berkedip melihat gaun-gaun itu.
"Ah biasa saja. Tidak ada model berhijab ya?", sahutku.
"Pasti ada lah", jawab temanku sedikit menggoda.
Mengapa beberapa hal berbicara tentang pernikahan? Seakan sengaja menyiksaku.
Hmmm.. Apakah point penting seluruhnya adalah "Pernikahan" ?
Aku sedikit irih dengan temanku, dia memiliki seseorang yang special di hatinya. Hanya sedikit irih, sedikit saja.
Hari berlalu begitu cepat, aku berusaha melupakan point penting hari itu, agar aku tenang. Tidak curang kan?

Selasa, 21 Februari 2017

Ceritakan Padaku

Belum saatnya pergi jauh,
Belum.
Sampai kapan menunda?

Malam ini ku perhatikan seseorang yang sedang sibuk memilih minuman, minuman di lemari pendingin sebuah minimarket.
Wanita itu mengambil sekotak susu coklat, lalu bergerak maju-mundur dari pintu lemari pendingin. Aku mengira ia kebingungan memilih rasa susu.
Ah rupanya ia mengembalikan susu coklat itu, bergegas menutup pintu lemari es, membuka pintu lemari es di seberangnya, dan happp..ia mengangkat minuman sari buah jeruk (jus).
Ugh.. secepat itu ia mengubah pilihan.
***
Aku menemukan adanya tatapan kebingungan di depanku, kaca lemari es pendingin minuman.
Selang 2 menit, tatapan itu berubah yakin, dan mengambil pilihannya.
Oh, rupanya wanita ini pandai membuat keputusan.
Aku meremas dua buah mie instant yang ada di kedua tanganku,
Aku terdiam,
"Mengapa aku tidak bisa melakukan sesuatu seperti wanita itu?", eranganku dalam hati.

Bukan terhitung hari ataupun bulan, ini sudah hitungan tahun, tetap saja aku belum bisa memutuskan sesuatu untukku, bukan, untuk hidupku.

***
Wanita itu segera menjauh dari pintu lemari pendingin, berjalan beriringan denganku, "ayo ke kasir".
Aku melangkah terbata-bata, pikiranku sangat sibuk, sibuk memikirkan kalimat terburuk untuk mengatai diriku.

Tidak ada yang tahu isi hati manusia,
Boleh jadi apa yang kulihat bukan keinginan yang sebenarnya. Boleh jadi pula semua itu hanya sebatas keinginan, keinginan untuk merasakan sesuatu yang berbeda dari 'biasanya'.

Ku hembuskan nafas,
Ah iya, sesuatu yang berbeda dari 'biasanya'. Apa?
Hidupku hanya satu warna, bisa kau temui aku seperti Color Overlay dalam Layer Style pada software Photoshop.
Jangan mengutuk aku menjadi seseorang yang menyedihkan, aku masih sanggup tertawa. Ceritakan padaku, bagaimana bisa aku jatuh hati padanya, aku akan tertawa. (Nur Cholifah)

Masih Rindu ?

Suatu siang aku dikejutkan dengan sepasang kekasih yang sedang berseteru hebat. Emmm.. rupanya mereka saling menuntut pengorbanan mereka.

'Pengorbanan' dalam cinta itu 'hal biasa',
Karena sudah menjadi 'hal biasa' maka tak patut lagi disebut 'Pengorbanan'.
Kalau kau masih menyebutnya 'Pengorbanan', cintamu masih dangkal, atau jangan-jangan itu bukan cinta (?)
Dan lagi,
Kau pun tak perlu menyebut pengorbanan'mu padanya. jika ia paham pastilah ia memahami itu sebagai 'cinta', bukan 'pengorbanan'.

Aku pun sedang berbicara padamu, iya, kamu, entah siapa, diriku sendiri mungkin.
*bercermin

***
Jangankan mereka sepasang kekasih muda,
Ibu dan ayahku saja masihlah gemar berbicara pengorbanan.
Ah.. aku tahu apa.

Pikiran ini melayang,
Seperti menerka sesuatu dibalik awan.
Kupandangi di luar jendela sana,
Tergambar aku, kamu, dia, dan mereka.
Pandanganku mulai bercerita entah seperti apa alurnya, namun amat ku ingat, aku tetaplah aku, sudah bosan bicara tentangmu, perjuangan, dan alasan.
Bukan aku yang menyerah atau pergi, tapi ceritanya yang memang sudah jauh berubah.
Setelah itu ku akhiri, hujan deras disana, ku tutup jendelaku saja.

***
Kurebahkan tubuhku sambil menatap langit-langit kamar,
Bukan seperti ini seharusnya.
Ya.. lalu bagaimana? Rencanaku hanya storyboard, pemainnya bukan hanya aku.
"Perjuangan macam apa yang membuatmu menangis setiap waktu?", seperti ada yang menyapaku demikian.
Jangan berlebihan,
Tidak ada siapa-siapa,
Hanya ada angin dan kerinduan.

Ku tutup mataku sejenak. Aku terlelap.
***
Hujannya belum reda,
Ku terbangun, ku perhatikan tetes-tetes hujan di kaca jendela.
Tubuh ini mematung.
Dingin, gemetar, dan menggigil.
Ku teringat kedua mata itu,
Semakin menggigil.
Kedua telapak tangannya menempel, memohon "maaf". Ingatanku sangat kuat rupanya.
Apakah aku masih rindu? Semoga tidak, ini hanya kedinginan karena di luar sedang hujan. "Aku benar, kan?", tanyaku termenung, menggigit bibir. (Nur Cholifah)