Translate

Rabu, 19 April 2017

Sungguh Tak Apa

Tak apa jika malam itu kau salah menentukan keputusan fah,
Tak apa jika malam itu kali terakhir kau bertatap mata dengan sang special,
Tak apa jika malam itu kau merelakan apa apa yang benar untuk direlakan,
Tak apa jika malam itu kau memberi keputusan terberat kali pertama untuk hidupmu,
Tak apa jika malam itu pikiranmu menganggap semuanya usai, berantakan,
Tak apa jika malam itu banyak orang menertawaimu dengan lantang,
Tak apa jika malam itu perlahan semua hal indah berubah masam, hancur,
Tak apa jika malam itu adalah permulaan dimana segala kekecewaan dan kekesalan berlangsung hingga detik ini,
Tak apa fah, sungguh tak apa.
Maafkan dirimu sendiri. Sungguh. Jangan terlalu lama menghukum dirimu. Sungguh tak apa.
Berdamailah. Sungguh, berdamailah. Beberapa tahun kau lewati dengan hukuman berat ini fah. Sungguh, berdamailah dengan dirimu. Tak apa. Sungguh tak apa.

(19 april, tengah malam, tulisan dari perempuan yang selalu menghukum dirinya sendiri).

Selasa, 04 April 2017

Dosen Hits versiku


Setiap mendengar nama atau melihat beliau, tetiba aku ingat surat Al-Baqarah : 216
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”

Disaat teman-teman ditembak satu pertanyaan "sejauh ini mulai dari maba sampai semester 6, dosen favoritmu siapa?" Teman-teman menjawab ibu A, ibu B, pak A, pak B, pak C. Nah aku? Semua dosen menjadi favoritku. Berkat mereka aku bertambah waras dalam menekuni ilmu di bidang komunikasi. Berkat mereka makin hari aku makin menyadari bahwa aku bodoh, aku tidak tahu apa-apa, dan sedikitpun MANUSIA MEMANG TAK PANTAS untuk menyombongkan diri.

Sore ini aku melangkahkan kaki ke ruang prodi, untuk absensi salah satu mata kuliah yang kebetulan bu dosen tidak bisa menghadiri kelas dan diganti dengan tugas.
Setelah itu aku menghampiri tumpukan karya tulis (skripsi) kakak-kakak yang sudah dilepas. Temanku menyodorkan satu karya, judulnya asik, "Family Relationship Antara Istri yang Bekerja dengan Suami Menganggur." Sebuah studi deskriptif kualitatif pedagang. Ku ambil, ku lihat dua detik, ku potret. Pikirku "mungkin bisa kujadikan referensi saat kehabisan ide."

Tak sengaja ku tengok meja sebelah. Sebuah kalender sedang duduk manis di atas meja, dekat dengan tumpukan kertas entah apa. Aku tahu itu kalender, tapi nampak berbeda.
Kurogoh kantongku, ku ambil kembali ponsel pintarku "cekrek!". Kawanku terkikik "apa fah?" Aku menunjukkan padanya "lihat, aku bisa foto selfie berdua dengan beliau tanpa beliau ketahui". Hahahahaha

Sedikit konyol, namun benar, jawaban dari pertanyaan temanku beberapa waktu lalu adalah beliau. Beliau adalah satu dari sekian dosen Ilmu Komunikasi yang sangat menginspirasi aku.
Aku tak bisa membuat kalimat atau ungkapan yang cocok dengan keadaan-keadaan yang beliau ciptakan. Hingga banyak mahasiswa yang enggan merindukan kelasnya. Mungkin. Hahaha