Aku memilih bungkam dengan perasaan yang entah.
Aku memilih bungkam dengan isi kepala yang entah.
Sedari kemarin aku lebih memilih terdiam.
Iya, sedari kemarin aku diam. Merasakan entah, memikirkan entah.
Menghela nafas, dan mulai merasakan lagi.. memikirkan lagi.. yang itu entah.
Aku beruntung mendekapmu dalam sebutan "hubungan".
Aku bahagia memanggilmu "sayang".
Memang ini yang kumau. Yang kupinta lirih dalam doaku pada-Nya.
Tak pernah sekali waktupun aku lupa.
Kubisikkan namamu pada bumi sedikit lebih lama.
Langit tak cemburu, karena ia mendengar pula.
HEY! Apa yang membuatku se-rindu ini padamu?
Banyak yang ingin kubagikan, denganmu. Seperti kemarin-kemarin.
Kau selalu memanjangkan telingamu untukku.
Kau mendengarku dengan sangat baik.
Kali ini aku makin gelisah sebab kebiasaan itu.
Bagaimana tidak,
Kau selalu menjadi tempatku mencurahkan segala yang menyesakkan rongga dadaku,
Sedangkan kamu, tak pernah lakukan itu.
Aku gelisah,
Memikirkan,
Kemanakah larinya seluruh keluh-kesahmu?
Sejauh ini, kulihat, kau selalu baik-baik saja.
Apa yang belum kau nampakkan? Aku gelisah.
Duhai cintaku, bukan maksudku inginkanmu berkeluh-kesah,
Aku hanya sedang meyakinkan diriku bahwa kau akan selalu baik-baik saja,
Aku hanya sedang tak ingin mendengar ataupun tahu bahwa ada tempat yang lebih nyaman selain diriku untukmu.
Duhai kasihku, tidakkah kau lebih paham apa yang kupinta ini hanya secuil hal remeh namun cukup bernilai di hati?
HEY! Memang iya, aku penyampah. Kau tempat ternyaman sejauh ini.
Tempat sampah dengan akreditasi A.
Bahkan lebih. A plus plus.
Kau.. sahabat sekaligus kekasihku.
aku gelisah,
Sekali lagi, aku gelisah.
Kemanakah perginya seluruh keluhan hatimu?
Adakah tempat lain untuk bercurah selain diriku?
Kau masih mengingat, kan?
Aku manusia paling pencemburu di dunia ini.
Kumohon, kali ini, jangan jadikan penyebab atas diammu.
Dinding-dinding ruang kamarku mulai menertawakanku.. mereka bilang aku tak berguna, untukmu.
Aku membalas,
Kujawab mereka dengan penuh semangat,
"Aku pun bisa jadi tempat sampah terakreditasi A. Kalian lihat saja!".
Mereka menertawaiku lagi.
HEY! Nanti.. kalau kau sudah membaca ini, kirimkan pesan padaku. Ya?
Katakan.. kau masih membutuhkanku.
Itu akan sangat melegakan untukku. Sungguh.
Aku mencintaimu. Selalu. Penuh. Tak kurang-kurangnya.
Dari aku, perempuan yang masih gelisah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar