Translate

Selasa, 10 November 2015

Eudamonia

Kau adalah Herakleitos yang mengubah seluruh kenyataan menjadi api.
Api yang membakarhanguskan rasa.
Rasaku ini hanyalah sintesa menurutmu.
Herakleitos si gelap namun bercahaya, itulah dirimu.
Cahayamu itu ada seperti apa yang tercipta.
Ada itu adalah ada seperti Parminides bersaksi.
Mata ini melihatmu bersamanya, namun hati ini melihatmu masihlah bersandar pada jiwa sepiku.
Jikalau kau menanyakan keyakinan, ya keyakinan itu akan selalu ada.
Keyakinan akan kebenaran cinta kasihku.
Yakin bahwa suatu ketika nanti kau akan menemukan jalan terbaikmu, yaitu aku.
Sungguh engkau telah dibutakan dia.
Dia sesuatu yang tak mutlak mengetahui keberadaanmu, cinta.
Kau adalah manusia yang ada, sadar akan keberadaan itu, Socrates bersaksi.
Duhai cinta, engkau adalah bagian dari semestaku.
Tidakkah kau peduli apakah bentuk satu-satunya kebahagiaanmu?
Diri ini bertanya, sesungguhnyaapa keinginan terbesarmu?
Berdialektika dengan diri sendiri.
Seakan-akan mereka mengerti apa jerit hatiku.
Mereka mendengar namun tuli.
Hanya butiran pilu yang mampu menjawab resahku.
Kau tak pernah tahu letak bahagiamu. BODOH!
Kau membidani jiwa dan pengetahuan dalam jiwaku.
Jangan kau butakan sesuatu yang mampu melihat itu.
Jiwamu adalah inti dari nafasmu, bukan dia.
Kekeliruan yang tertanam adalah kesalahanku.
Catatlah dengan indah semua eudamoniamu.
Seperti sang Socrates menjelaskannya padaku.
Kaulah secerca keindahan cinta yang pernah ku ketahui.
Sisa-sisa rasa ini masihlah hidup.
Ntah kapan mereka akan mati.
Aku menikmati pilu ini, tenang saja.
Tenang, tak perlu kau perdulikan aku dan apapun atas diriku.
Aku hidup dengan pilu ini.
Sesungguhnya pilu ini adalah teman sepiku.
Teman di kala kenangan menyambut malam gulitaku.
Kenangan akan dirimu yang tlah melangkahkan hati bersama dia.
Ku tak rela, sungguh.
Tapi reruntuhan daun yang tertiup angin sedang mengajarkanku.
Mengajarkan apa itu merelakan sesuatu yang seharusnya tak aku relakan.
Kau buta, tuli, dan tak punya rasa.
Kau selalu benar dengan seluruh perkataan dan perbuatanmu atas hidupmu.
Kau selalu benar, tak pernah mencicipi getir kesalahan.
Hanya aku, hanya diriku, hanya aku yang merasakannya.
Merasakan sesuatu yang sebenarnya batin ini jelas menolaknya.
Ya! Kau berjalan dan berpura-pura bahagia dengannya. BODOH!
Perasaan ini menjerit demikian.
Dan maka biarkan kesendirian dan sepi ini membunuhku berkali-kali.
Aku bahagia dengan kematian ini.
Setidaknya aku pernah melawannya, walau ku tak pernah menang.
Bahwa sesungguhnya akulah satu-satunya pecundang diantara rasaku dan kalian.
Kau dan dia terlihat sangat berbahagia, berbahagia atas kematianku.
Terimakasihku tak pernah usai kuucapkan padamu yang amat ku cinta.
Maafku tak pernah terhenti kuucapkan padamu atas kebodohanku.
Salam berbahagia selalu dari sang waktu, ia menyapamu.
Sang waktu menegurku agar tak berusaha melupakanmu.
Ia hanya menegur, kan? Tapi tak menghentikanku.
Tolonglah aku untuk melanjutkan tekadku ‘tuk menghapusmu.
Dan biarkan semua yang berlalu terlihat samar-samar dimataku,
Tapi nampak jelas di memoriku, Dan terhapus bersih dari hidupmu.
Berbahagialah, krisnaku!
Jikalau dia membuatmu bersedih, maka kemarilah.
Dan biarkan aku yang membuaimu dalam mahligai cintaku.
Ingatanku tak sepenuhnya mampu melupakanmu.
BODOH! Dan sekali lagi aku BODOH.
Berbahagialah, demi kenangan kita yang tlah ditelan bumi amarahku atas dirimu.
Berbahagialah demi aku yang telah  mati atas penantian BODOH ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar