Translate

Senin, 28 Januari 2019

Broken - Lund (Lyrics)

Will you end my pain?
Will you take my life?
Will you bleed me out?
Will you hang me out to dry?
Will you take my soul in the midnight rain?
While I'm falling apart
While I'm going
Will you end my pain?
Will you take my life?
Will you bleed me out?
Will you hang me out to dry?
Will you take my soul in the midnight rain?
While I'm falling apart
While I'm going insane
Can you break my bones?
Will you tear my skin?
Can you taste my lust?
Can you feel my sin?
See, I'm a waste of life, I should just kill myself
Yeah, I could slit my wrists, but it really wouldn't help
Wouldn't fix my issues, or change your mind
'Cause I broke your heart and you buried mine
Now, I'm six feet deep and I can't breathe
I got dirt in my eyes and blood on my sleeves
But I dig my way up through these roots and leaves
So I can get some air, so I can finally breathe
And now I'm on my knees, oh baby, begging please
Will you
Will you
Will you end my pain?
Will you take my life?
Will you bleed me out?
Will you hang me out to dry?
Will you take my soul in the midnight rain?
While I'm falling apart
While I'm going
Will you end my pain?
Will you take my life?
Will you bleed me out?
Will you hang me out to dry?
Will you take my soul in the midnight rain?
While I'm falling apart
While I'm going insane
Don't you miss me when I'm gone
'Cause you're the fucking reason that I'm not around
Don't you miss me when I'm, miss me when I'm gone
'Cause you're the fucking reason that I'm not around
Fucking reason that I'm not around
Bitch, you're the fucking reason that I'm not around

Jumat, 18 Januari 2019

Perihal Apa yang Kufikirkan

Lembaran kertas HVS menyapaku kembali,
Kali ini ia memandangiku dalam-dalam sebab ia ingin tahu perihal apa yang kufikirkan,
Aku hendak mencoreti wajahnya dengan sejumlah keluh-kesahku dalam beberapa hari ini,
Namun kutanggalkan niatku, lalu aku kembali menjamah Buku Catatan Digitalku.
Tidak ada harapan lain selain agar orang-orang bisa membaca ini kemudian memilih untuk berubah. Ya! Orang-orang diujung keputusasaannya.
Aku berterimakasih kalaupun kau melewatkan tulisanku.

.....

Aku tahu, berapa banyak hal yang sudah kau korbankan.
Aku tahu, berapa banyak cara yang sudah kau coba lakukan.
Aku tahu, berapa banyak air mata yang sudah kau kucurkan.
Aku tahu, berapa banyak kata-kata yang tersusun untuk menghidupkan.
Aku tahu, berapa banyak kesabaran yang sedang mati-matian kau usahakan.
Aku tahu, berapa banyak kesulitan yang kau lewati dan segenap jiwa kau teguhkan.
Aku tahu, berapa banyak kebahagiaan yang sedang kau perjuangkan.
Kamu tidak sendirian.

.....

Aku tidak tahu, berapa banyak hal yang sudah kukorbankan.
Aku tidak tahu, berapa banyak cara yang sudah kucoba lakukan.
Aku tidak tahu, berapa banyak air mata yang sudah kukucurkan.
Aku tidak tahu, berapa banyak kata-kata yang tersusun untuk menghidupkan.
Aku tidak tahu, berapa banyak kesabaran yang sedang mati-matian kuusahakan.
Aku tidak tahu, berapa banyak kesulitan yang kulewati dan segenap jiwa kuteguhkan.
Aku tidak tahu, berapa banyak kebahagiaan yang sedang kuperjuangkan.
Aku tidak sendirian.

.....

Aku menulis ini tepat di bawah bintang-bintang. Mereka memperhatikan.
Aku sedang menyapa sesuatu yang terkenang.
Aku pernah begini.. benar.. seperti ini.. setahun yang lalu.
Mengutuk diri sendiri dengan sederetan kesalahan-kesalahan yang kuhujat.. kumaki.. tak ada henti.
Terlintas pikiran bahwa semua yang kulakukan tak berarti.. percuma.. sia-sia..
Tetiba seulas senyum menyapa ingatanku. Aku ingin membahagiakannya.
Ibuku.
Malam.. kau boleh menertawai serpihan-serpihan keputusasaan dan ketiadaanku,
Tapi kumohon, jangan beritahu ibuku. Jangan sampai ia tahu. Jangan.

.....

Kau yang sedang membaca ini,
Sudahi.
Kau takkan menemukan kalimat-kalimat mutiara seperti yang orang-orang katakan.
Sudahi.
Kau takkan menemukan kata-kata penyemangat untuk membangkitkan dirimu.
Aku hanyalah seonggok daging yang ingin segera berpulang, mungkin sama seperti dirimu.
Sialnya aku masih ingin berjuang, lebih lama lagi.
Sialnya, aku masih ingin terus berjuang, saat ini.
Sialnya, aku masih ingin selalu berjuang, lagi, lagi.. dan lagi.
Sialnya, aku miliki seseorang yang tak ingin aku enyah dari dunia ini.
Jadi.. Ayo, kita coba lagi.

.....

Eh,
Bintang-bintang tersenyum, memintaku bergegas pulang.
Angin malam tak cukup bersahabat dengan tubuh lemahku.
Terima kasih jika lebih-lebih kau sudah membaca tulisanku ini.
Sampai jumpa, ya!
Kecup mesra dariku, perempuan yang bertemanbaik dengan perjuangan.

Senin, 14 Januari 2019

Bisa ?

Aku tak mau tahu apa yang egoku katakan.
Mungkin dia benar, atau sebaliknya.
Aku tak mau tahu apa sebab aku merasa begini.
Mungkin hanya lelahku, atau lainnya.
Aku tak mau benar-benar tahu, mengapa aku merasa begitu.
Bukan jawaban yang kuperlu, hanya pelukan.
Sedikit lebih lama, lebih rapat. Bisa?




Hujan deras. Aku tidak sedang rindu.
(Senin, 14 Januari, sendirian.)

Jumat, 04 Januari 2019

Sedikit Lebih Lama Lagi

"Aku tidak seperti perempuan lain. Aku tercipta seperti ini. Payah soal bersolek. Menghafal nama-nama kosmetik saja aku sangat memaksakan otak kiriku.", kata perempuan kepada lelakinya. Kemudian ia menggunakan alat Electroencephalograph untuk memastikan apakah pernyataannya itu benar.

"Kata mama, belajarlah sedikit-sedikit soal make-up ataupun riasan. Nantinya mama ingin kaulah penerus usahanya. Jika kau tidak terpaksa.", pinta lelaki yang amat dicintainya.
Malam itu sang perempuan mulai memikirkan apa yang baru saja ia baca dalam chat-room tadi, sembari ia membayangkan kelak bagaimana jadinya bila ia menjadi seorang perias. Ah! Tiba-tiba saja ia begitu. Hahaha

"Memakai bedak wajah saja aku tak pernah. Berangkat kuliah dulu pun hanya mandi, berbaju, lalu berangkat.", tuturnya pada sang laki-laki sambil ia mengingat-ingat betapa cantik pesona para gadis di kampusnya yang setiap hari berbalut riasan wajah, sangat berbeda dengan dirinya.




"Sayang, sayang juga berhak berias diri. Tidak masalah memakai kosmetik ini itu. Asalkan untukku. Hanya untuk diriku.", sahut sang lelaki. Mata perempuan mengerjap menatap layar ponsel. Ia merasa sangat istimewa malam itu. "Aku tidak ikhlas jika perempuanku dinikmati oleh orang lain, sekalipun hanya pandangan.", tambah sang lelaki. Perempuan itu makin mencintainya.

---

(22 Desember 2018)

Perempuan itu mencoba sebuah produk pemerah bibir yang beberapa hari lalu sengaja ia beli di sebuah toko kosmetik besar di kotanya.
Sekali dua kali ia mengusapkan pemerah bibir dengan aplikator, terasa lembut menyatu dengan bibirnya.
"Apakah ia akan suka?", tanyanya lirih pada diri sendiri sambil terus menatap cermin di hadapannya.
Perempuan itu mengingat memori beberapa waktu yang lalu, ia berhak merias diri. Hihihi

Hari itu adalah hari kesekian kunjungan si laki-laki ke tempat tinggal si perempuan. Tepat hari itu mereka merencanakan hendak menghibur diri, menapakkan kaki ke suatu tempat yang sedikit lebih jauh dari biasanya.
Kemarin sudah tersusun rencana akan pergi ke suatu kota di arah selatan.
Alam belum mengiyakan, rencana gugur sebab suatu alasan yang tidak terprediksi sebelumnya.

Pergilah mereka ke kota sebelah, merayakan hari terbayarnya kerinduan yang sudah menumpuk lebih dari satu bulan.
Perempuan itu tak pernah benar-benar berani menatap matanya.
Ia hanya berpura-pura melihat, sedang hatinya kacau tak beraturan. Debar jantungnya berantakan. Suhu tubuhnya berubah tak karuan.
Malam itu ia merasa rindu terbayarkan, beberapa saja, hanya sebagian, tidak ada seperempatnya. Masih banyak rindu yang belum ditebus tuntas. Laki-laki itu masih berhutang padanya.
Ia yakin, suatu saat, hak merindukan setiap sepersekian detik akan menjadi miliknya, dan terbayar utuh, tak akan ada hutang rindu lagi.
Ia hanya butuh bersabar. Tetap bersabar. Sedikit lebih lama lagi. Bersabar, suatu saat akan terbayar.

Ia memeluk erat lelakinya. Angin menghantarkan aroma, dia benar-benar sedang jatuh cinta, lagi. Untuk yang kesekian kalinya, dengan laki-laki yang sama.




















(Cerita sudah diperkaya oleh Penulis)