Translate

Jumat, 18 Januari 2019

Perihal Apa yang Kufikirkan

Lembaran kertas HVS menyapaku kembali,
Kali ini ia memandangiku dalam-dalam sebab ia ingin tahu perihal apa yang kufikirkan,
Aku hendak mencoreti wajahnya dengan sejumlah keluh-kesahku dalam beberapa hari ini,
Namun kutanggalkan niatku, lalu aku kembali menjamah Buku Catatan Digitalku.
Tidak ada harapan lain selain agar orang-orang bisa membaca ini kemudian memilih untuk berubah. Ya! Orang-orang diujung keputusasaannya.
Aku berterimakasih kalaupun kau melewatkan tulisanku.

.....

Aku tahu, berapa banyak hal yang sudah kau korbankan.
Aku tahu, berapa banyak cara yang sudah kau coba lakukan.
Aku tahu, berapa banyak air mata yang sudah kau kucurkan.
Aku tahu, berapa banyak kata-kata yang tersusun untuk menghidupkan.
Aku tahu, berapa banyak kesabaran yang sedang mati-matian kau usahakan.
Aku tahu, berapa banyak kesulitan yang kau lewati dan segenap jiwa kau teguhkan.
Aku tahu, berapa banyak kebahagiaan yang sedang kau perjuangkan.
Kamu tidak sendirian.

.....

Aku tidak tahu, berapa banyak hal yang sudah kukorbankan.
Aku tidak tahu, berapa banyak cara yang sudah kucoba lakukan.
Aku tidak tahu, berapa banyak air mata yang sudah kukucurkan.
Aku tidak tahu, berapa banyak kata-kata yang tersusun untuk menghidupkan.
Aku tidak tahu, berapa banyak kesabaran yang sedang mati-matian kuusahakan.
Aku tidak tahu, berapa banyak kesulitan yang kulewati dan segenap jiwa kuteguhkan.
Aku tidak tahu, berapa banyak kebahagiaan yang sedang kuperjuangkan.
Aku tidak sendirian.

.....

Aku menulis ini tepat di bawah bintang-bintang. Mereka memperhatikan.
Aku sedang menyapa sesuatu yang terkenang.
Aku pernah begini.. benar.. seperti ini.. setahun yang lalu.
Mengutuk diri sendiri dengan sederetan kesalahan-kesalahan yang kuhujat.. kumaki.. tak ada henti.
Terlintas pikiran bahwa semua yang kulakukan tak berarti.. percuma.. sia-sia..
Tetiba seulas senyum menyapa ingatanku. Aku ingin membahagiakannya.
Ibuku.
Malam.. kau boleh menertawai serpihan-serpihan keputusasaan dan ketiadaanku,
Tapi kumohon, jangan beritahu ibuku. Jangan sampai ia tahu. Jangan.

.....

Kau yang sedang membaca ini,
Sudahi.
Kau takkan menemukan kalimat-kalimat mutiara seperti yang orang-orang katakan.
Sudahi.
Kau takkan menemukan kata-kata penyemangat untuk membangkitkan dirimu.
Aku hanyalah seonggok daging yang ingin segera berpulang, mungkin sama seperti dirimu.
Sialnya aku masih ingin berjuang, lebih lama lagi.
Sialnya, aku masih ingin terus berjuang, saat ini.
Sialnya, aku masih ingin selalu berjuang, lagi, lagi.. dan lagi.
Sialnya, aku miliki seseorang yang tak ingin aku enyah dari dunia ini.
Jadi.. Ayo, kita coba lagi.

.....

Eh,
Bintang-bintang tersenyum, memintaku bergegas pulang.
Angin malam tak cukup bersahabat dengan tubuh lemahku.
Terima kasih jika lebih-lebih kau sudah membaca tulisanku ini.
Sampai jumpa, ya!
Kecup mesra dariku, perempuan yang bertemanbaik dengan perjuangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar