Translate

Minggu, 18 Maret 2018

Ibu, Maafkan Aku

Siang itu aku berencana hendak mengunjungi nenek di desa (sekitar 15 kilometer dari rumahku sekarang). Tentu saja dengan mengajak ibuku. Kami berangkat menggunakan motor kesayanganku, Supra Fit. Hehe (hanya itu yang mampu kubeli).
Dalam perjalanan menuju kesana aku berbincang banyak hal dengan ibu. Tak ketinggalan membahas seputar jodoh.
Kubaru menyadari bahwa usiaku taklagi anak-anak atau bahkan remaja, usiaku sudah bisa disebut orang dewasa, 21 tahun. Oktober 2018 ini aku akan menginjak usia 22 tahun.

"Bu, bagaimana dulu ibu bertemu ayah?", tanyaku.
"Kau kan tau dulu ibu dijodohkan oleh almarhum kakekmu dan almarhumah budhemu dengan ayahmu ini", jawab ibu.
"Kalau dulu ibu tak dijodohkan dengan ayahmu ini, mungkin kau akan mempunyai ayah seorang Perwira", sambungnya.
"Dan kalau dulu pun kau tak ikut campur soal rencana perceraian ibu dan ayahmu, mungkin hidupmu sekarang jauh lebih baik dari ini", tambahnya.
Aku terdiam. "Tapi bu, jodoh sudah diatur. Ini tandanya takdir ibu memang sama ayah", jawabku dengan sedikit tertawa.

Ayah dan ibuku adalah sosok orangtua yang sangat luar biasa. Karena merekalah aku menjadi sosok yang seperti sekarang ini. Cobalah tanyakan pada teman-temanku seperti apakah aku ini, kau akan memahaminya nanti. Hehe

"Fah, nanti kalau cari jodoh yang nomor satu adalah soal agamanya ya nak", ujar ibu.
Aku tetap terdiam, karena aku sedang fokus mengendarai motorku. Haha
"Iya bu", jawabku singkat. Padahal ada sesuatu yang sedang berkecamuk dalam dadaku.
"Yang baik agamanya, yang bisa tanggungjawab penuh, dalam artian dia punya pekerjaan yang bisa memberimu makanan apapun", lanjutnya.
Aku tertawa kegelian. Lihatlah betapa lucunya semua ibu di dunia ini. Ibu ibu di dunia sangat mengkhawatirkan kehidupan anaknya, yaitu perihal finansial dan makanan. Ah ibu..
"Kau pasti akan mendapatkan jodoh yang terbaik, usiamu sudah dewasa, ibu sudah menua, lekas selesaikan perkuliahanmu, wisudalah tepat waktu, menikahlah, pilihlah sesuka hatimu, ibu dan ayah tidak akan ikut campur soal itu", lanjutnya.
Ah ibu, mana ada lelaki sesempurna bayangan ibu itu. Jangankan mencari, aku sudah beberapa kali ditinggalkan bu.
Mulai dari laki-laki standart STM, mahasiswa sastra inggris, mahasiswa pascasarjana kampus di malaysia, hingga bule eropa pun meninggalkanku bu. Tidak ada yang bersungguh-sungguh menginginkanku bu.
Ingin kusampaikan begitu padanya, tapi ahsudahlah.. ibu pasti akan bersedih. Haha
"Yang terpenting nak, jadilah apa yang kamu mau. Kau mau lanjut ke pascasarjana, silahkan. Kau mau bekerja di media, silahkan. Kau mau menikah pun silahkan. Ibu tahu kau pandai dalam menentukan pilihan", tambahnya.
"Iya bu. Inn syaa Allah aku akan bekerja, karena ada empat adik di rumah yang perlu banyak biaya untuk pendidikan mereka", jawabku.
"Itu urusan ibu dan ayah, yang terpenting adalah masa depanmu, jangan kau pikirkan tentang adik-adikmu nak", sanggah ibu.
Ah ibu, bagaimana bisa kutak memikirkan keempat bocah itu, sebab mereka aku masih bertahan berdiri tangguh seperti sekarang ini bu. Tanpa mereka, mungkin ibu sudah menemukan mayatku beberapa tahun silam. Iya bu, anakmu ini sudah jauh-jauh hari menyerah. Anakmu ini adalah mayat hidup. Haha zombie.
"Jaga diri, di luar sana banyak tantangan dan ujian. Kau harus bisa menomorsatukan keselamatan dirimu, daaaan jangan pernah tinggalkan sholat. Tanpa Dia, kau bukan apa-apa. Paham?", pinta ibu dengan nada sedikit meninggi.
"Iya bu, inn syaa Allah", jawabku tegas.

Siang itu sungguh terasa amat berat bagiku, dan juga cukup membangkitkan. Terimakasih Yaa Allah, Engkau menghadirkan malaikat terbaik sepertinya. Aku akan berjuang! Hehe

2 komentar: