Translate

Rabu, 03 Oktober 2018

Sendiri dan Senja

Selamat sore, aku menyapamu sembari menatap ratusan foto-foto dalam galeri hape pintarku. Aku sedang sendiri, duduk manis dan menikmati apa apa yang ada di dekatku saat ini.
Sesekali pandanganku menembus luar jendela, menatap senja yang tersenyum elok sedikit pilu.
Bagaimana denganmu disana?

Coba kau baca tulisanku sore ini dan sambil mulai pikirkan bagaimana.
Aku tidak sedang membuatmu lelah untuk membacanya, kan?
Duhai, aku sangat berterimakasih pada semesta yang telah sengaja membersamakan diriku dan kamu menjadi kita.

Bacalah lagi, kutekankan. Aku berterimakasih. Sangat berterimakasih.
Mulanya terasa menjengkelkan, kau membalut kalimat demi kalimat hingga tersusun apik lalu kau lontarkan padaku. Kau sampaikan hingga ke dalam. Ruang kosong dalam dadaku terasa terisi oleh sebabmu. Kala itu, kau sangat manis sekali. Sungguh. Aku sedang serius mengatakan ini. Jangan tertawa.

Kutulis ini dengan perasaan gelisah dan sangat rindu. Wajahmu dengan jelas nampak dan berputar-putar dalam kepalaku.
Duhai, aku jatuh cinta padamu lagi dan lagi. Bagaimana? Ini candu.
Kumemanggilmu sayang, hal itu sangat membuatku senang.
Aku sangat malu.

Tidak kah kau lihat sore ini? Langit terbalut awan, angin membelai pipiku mesra dan sialnya aku semakin merindukanmu.
Bagaimana caramu menatapku, tersenyum padaku. Ah sial! Aku merindukan saat dimana kau usap kepalaku. Sungguh.

Kusedang tidak menangis. Bagaimana bisa rindu sekejam ini membuat aku ingin berkata entah.
Duhai cintaku, maafkan diriku dengan semua perilaku yang melelahkanmu. Sungguh aku sangat takut kau melupakan aku dan rasa ini.
Aku menerimamu dengan semua cerita masa lalumu. Aku mengasihimu lebih daripada apa yang kulakukan pada diriku. Lihat! Aku tidak terlalu bodoh untuk sampaikan ini padamu, kan?
Kasih, aku rindu sejadi-jadinya.
Maafkan aku. Maafkan aku. Maafkan aku.

Bacalah pesanku. Kutaktau harus sampaikan apa lagi. Aku inginkan bertemu. Aku penuh harap. Aku penuh sabar. Aku inginkan bertemu.
Sekali lagi, sore ini cukup melelahkan untukku. Senja yang indah untuk seseorang yang sedang merindu sampai menggila.

Pahami, aku kembali melihat pada sesuatu yang mereka sebut hati.
Ia mencabik-cabik dadaku. Kali ini logika jelas kalah, satu banding seribu.
Aku sedang tidak menangis. Aku baik-baik saja. Aku berbahagia Tuhan sangat baik padaku, hingga hari ini kau masih menjagaku. Dengan sangat baik. Kau selalu begitu.
Aku mencintaimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar