Translate

Sabtu, 04 April 2015

"Teori-Teori Sosial" (Jurgen Habermas)

NUR CHOLIFAH (140531100097)
ILMU KOMUNIKASI - C
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA






1.              Teori Kritis Habermas. Habermas ingin melanjutkan proyek modernitas. Tapi, sebelum itu kita harus mengetahui lawannya, yaitu mengapa modernitas ingin disingkirkan. Jawabannya adalah karena Modernitas (yang saya maksud dengan modernitas di sini adalah pemikiran-pemikiran yang lahir dan berkembang dari zaman yang disebut zaman modern dirasa tidak berhasil untuk membebaskan manusia dari pemikiran-pemikiran irasional sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pelopornya. salah satu argumen terbesar adalah yang dilontarkan oleh Mazhab Fraknfurt (tempat Habermas bekerja sendiri) yaitu bahwa modernitas justru melahirkan ilmu pengetahuan yang malah menjadikannya sebuah mitos yang irrasional. Tujuan teori kritis ini adalah memberikan kesadaran untuk membebaskan manusia dari masyarakat irasional dan dengan demikian memberikan pula kesadaran untuk pembangunan masyarkat rasional tempat manusia dapat memuaskan kebutuhan dan kemampuannya.

        Menurut habermas kebuntuan itu adalah karena para pendahulunya masih menggunakan modus filsafat kesadaran yang bersifat monologal. Filsafat kesadaran ini dimulai dari Descartes dan digunakan oleh hampir semua filsuf pencerahan. Dan kebuntuan para pendahulu Habermas dikarenakan mereka menggunakan modus yang sama untuk mengkritik filsafat pencerahan. Yaitu sama-sama dengan ideologi (padahal itu adalah hal yang ditolak oleh Mazhab Frankfurt)

        Lalu teori yang dibangun oleh pendahulunya tersebut diperbarui oleh Habermas. Menurut Habermas yang diinginkan para postmodernis adalah keluar dari rasio yang berpusat pada subjek. Menurut Habermas Modernitas adalah proyek yang tidak pernah selesai. Jalan keluarnya adalah bukan dengan meninggalkannya melainkan dengan membenahi cacat-cacatnya.

2.              Pemikiran filsafat politik dan teori tindakan komunikatif Habermas dibangun untuk menjelaskan bagaimana suatu masyarakat kompleks saat ini menghasilkan produk hukum yang legitim (keabsahan berdasarkan hukum dan undang-undang yang berlaku). Gagasan Habermas mengenai tindakan komunikatif (mudah dimengerti dan dipahami) sangat erat hubungannya dengan situasi demokratif  (mengutamakan persamaan hak dan kewajiban) yang merindukan suatu konsensus
        Artinya, setiap tindakan menjadi tindakan rasional yang berorientasi kepada kesepahaman, persetujuan dan rasa saling mengerti.

3.              (Kata deliberatif berasal dari kata Latin deliberatio atau deliberasi (Indonesia) yang artinya konsultasi, musyawarah, atau menimbang-nimbang). Demokrasi bersifat deliberatif jika proses pemberian alasan atas suatu kandidat kebijakan publik diuji lebih dahulu lewat konsultasi publik, atau diskursus publik. Teori tentang demokrasi deliberatif adalah suatu upaya untuk merekonstruksi proses komunikasi dalam konteks negara hukum demokratis. Masyarakat yang membudayakan proses legislasi hukum secara demokratis akan dirangsang untuk memobilisasi solidaritas sosial yang makin meninggalkan perspektif etnosentris (sikap / pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri) para anggotanya, karena dalam setiap komunikasi autentik (dapat dipercaya, sah) para partisipan dapat mencapai saling pemahaman dengan cara mengambil alih perspektif partner komunikasinya.



4.              Habermas melihat kapitalisme modern seperti yang dikarakterkan oleh dominasi negara atas ekonomi dan bidang-bidang lain dari kehidupan sosial. Bagi Habermas intervensi negara dan akibat pertumbuhan dari nalar instrumental telah menjangkau suatu titik berbahaya yang disebutnya sebagai suatu “utopia negatif” adalah mungkin. Rasionalitas progesif dan putusan-putusan publik lebih menjangkau titik dimana organisasi sosial dan perbuatan putusan mungkin bisa di delegasikan kepada para penghitung mengeluarkannya dari arena perdebatan publik secara bersama-sama.


5.              Menurut Habermas teori praktis adalah tindakan yang membebaskan model teori kritis dengan maksud praktis. Dalam masalah teori-teori Habermas mempunyai beberapa kepentingan. kepentingan pengetahuan dan kepentingan praktis-ide itu bukanlah tidak serupa dengan mengatakan bahwa seorang mahasiswa mengembangkan suatu “kepentingan” dengan maksud untuk memperoleh suatu tingkat dari tujuannya.  Kepentingan yang dibicarakan Habermas ini, bagaimanapun juga dimiliki oleh kita semua dalam keanggotaan masyarakat manusia. Kepentingan selanjutnya yaitu kepentingan praktis, yang pada gilirannya memunculkan ilmu pengetahuan Hermeneutik yang dengan caranya menginterpretasikan tindakan satu sama lain. Baik secara individu, sosial masyarakat maupun secara organisatoris secara kritis menurut Habermas. Kepentingan praktis, kata Habermas memunculkan suatu kepentingan ketiga, “kepentingan emansipatoris“ (emansipatoris = memberdayakan manusia sebagai human, bebas).






Sumber : Website, Buku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar